Sunday 30 August 2009

Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Beberapa hari yang lalu, sewaktu ada acara kumpul-kumpul di kota Bandung, ada seorang teman yang bercerita bahwa dia telah menyiapkan dana pendidikan anak-anaknya dengan mengikuti program tabungan pendidikan di sebuah bank.

“Gue udah sedikit legaan karena sudah mikirin masa depan anak saya dengan ikutan program tabungan pendidikan itu” kata teman saya itu.

“Wah sayang anak ya…” balas saya.

“Iya Ji, gue terus terang ngeri lihat biaya pendidikan yang semakin mahal dan suatu saat nanti, mau tidak mau, rela tidak rela, kita akan butuh duit segede itu juga khan….” kata teman itu.

Diskusi dengan teman saya tersebut cukup menarik untuk saya ungkapkan di blog ini, mengingat pengalaman teman tersebut di atas sangat bertolak belakang dengan pengalaman teman lain yang sempat datang ke kantor saya beberapa minggu sebelumnya, untuk meminjam uang guna membayar uang masuk sekolah anaknya yang akan mendaftar ke Sekolah Menengah Pertama.


Hidup ini sebenarnya hanyalah kumpulan dari pilihan-pilihan. Manusia diberi keleluasaan untuk memilih pilihan-pilihan hidup tadi.

Demikian juga dalam hal perencanaan keuangan keluarga. Kalau kita mau memilih hidup relatif lebih enak nantinya, ya mulai dari sejak awal kita harus mempersiapkannya. Termasuk didalamnya mempersiapkan dana pendidikan anak.

Kalau nggak mau mikir sekarang ya ntar aja kalau anak anda mau sekolah baru anda pikirin duitnya dari mana… hehehe.. gampang khan.

Seperti teman saya yang akan pinjam uang untuk sekolah anaknya. Tadinya dia mau pinjam dari bank, pinjaman KTA (Kredit Tanpa Agunan), tapi ditolak karena ternyata saldo hutangnya sudah bejibun. Saya juga dengan berat hati terpaksa menolak karena saya melihat tingginya risiko duit saya tidak akan kembali …. Hiks sedih deh.

Kenapa kita harus capek-capek atau repot menyiapkan dana pendidikan sih?

Ya karena pendidikan itu muahal banget.

Kalau sekolah itu murah seperti harga cabe merah…hehehe, ya enggak perlu dipusingkanlah.

Coba deh anda datang di sebuah pameran pendidikan, entah itu dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan Universitas, dijamin anda akan disodori angka-angka puluhan atau bahkan ratusan juta.

Kenapa sekolah mahal? Walah ini sih enggak usah dibahas lagi lah…
Ya iyalah sekolah yang kualitasnya baik membutuhkan sarana sekolah yang lengkap, ada perpustakaan yang buku-bukunya lengkap, laboratorium bahasa, kimia, fisika dan lain-lain lah, belum buat bayar gaji guru yang berkualitas. Semuanya itu butuh duit yang jumlahnya besar alias mahal.

Memang ada beberapa sekolah yang biayanya super muahal… kalau yang ini sih sudah melibatkan unsur bisnis, keuntungan dan kelihaian sekolah membentuk persepsi kualitasnya di mata konsumen.

Sekolah juga bisa murah dan gratis kok. Ya ini kalau anda bicara sekolah negeri atau sekolah swasta yang operasionalnya dibiayai atau disubsidi oleh pemerintah atau lembaga-lembaga donor.

Ya tinggal pilihan anda sih, mau sekolah yang gratis atau yang harus bayar. Tapi umumnya, bisa dikatakan sekolah itu harus bayar dan biasanya biayanya cukup mahal. Setuju khan?

Nah sekarang kita balik ke topik diskusi saya dengan teman saya yang telah mengikuti tabungan pendidikan. Dia banyak tanya yang saya juga bingung menjawabnya.

Misalnya, gue nabungnya cuman satu juta perak sebulan, cukup gak sih? Tabungan pendidikan itu periodenya sekitar 3 tahun, sementara anak gue sebentar lagi mau SMP, gimana nih? Tabungan pendidikan itu aman gak sih? Tabungan pendidikan itu main di saham nggak? Dan sebagainya.

Terus terang saya juga bingung kok bisa ya teman tadi udah ngaku ikut tabungan pendidikan tapi nggak ngerti yang dia lakukan… capek deh.

Tabungan pendidikan itu biasanya sih seperti menabung biasa di bank, namun disertai features berupa automatic debet, periode tabungan telah ditentukan, kalau tabungan macet di tengah jalan ya biasanya ada penalti berupa rendahnya bunga tabungan dan sebagainya. Sebagai pemanis, biasanya ditambahin asuransi gratis dan sebagainya…

Pada saat anda ingin mengikuti program tabungan atau asuransi atau investasi, banyak-banyaklah bertanya. Jangan sampai anda sudah ikut sebuah program tabungan atau investasi tapi anda sama sekali nggak tahu mekanisme berjalannya produk tersebut. Kalau anda bertanya kepada petugas sebuah bank/broker/manajer investasi, petugas tersebut tidak bisa jawab, ekskalasi pertanyaan anda ke manajernya, jika tidak bisa jawab juga, ya anda coba tanya langsung ke kantor pusat yang jualan produk tadi. Kalau jawabannya tidak memuaskan anda, ya jangan ikutan program mereka. Gampang khan.

Sebelum anda mengikuti program tabungan atau asuransi pendidikan atau program apa saja yang berhubungan dengan mempersiapkan dana pendidikan, ada baiknya anda melakukan perhitungan yang akan membantu anda menentukan jumlah dana yang harus disiapkan dan bagaimana caranya mencapai dana tersebut.

Saya akan coba jelaskan buat anda …… Semoga bermanfaat.

Biaya Uang Masuk Sekolah

Sebagai contoh, sebut saja teman saya tersebut namanya Is mempunyai anak yang saat ini berumur 8 tahun dan bersekolah di kelas 3 SD.

Is bilang dia ingin anaknya disekolahi di SMP “ABC” dimana biaya masuk saat ini sebesar Rp 8 juta, selanjutnya anaknya akan disekolahkan di SMA “Top Banget” dengan uang masuk sebesar Rp 14 juta, dan akan masuk Perguruan Tinggi “Universitas Pokoknya Mahal” dengan uang masuk sebesar Rp 30 juta.

Asumsi tingkat inflasi di sektor pendidikan sekitar 20% per tahun.

Pengaruh Inflasi

Perhitungan pengaruh inflasi ke dalam proyeksi biaya adalah dengan melakukan perhitungan compounding secara tahunan.

Dengan mempertimbangkan umur anak saat ini kelas 3 SD (8 tahun), maka masih ada waktu sekitar 3 tahun dimana anak akan siap masuk tingkat SMP. Biaya masuk SMP diperkirakan akan menjadi Rp 13.824.000.

Selanjutnya, waktu yang tersedia hingga anak siap masuk ke SMA adalah sekitar 6 tahun. Biaya masuk SMA diperkirakan akan menjadi Rp 41.803.776.

Waktu yang tersedia hingga anak akan masuk perguruan tinggi adalah sekitar 9 tahun dari sekarang. Biaya masuk perguruan tinggi yang saat ini berkisar Rp 30 juta, 9 tahun mendatang akan menjadi sekitar Rp 154.793.411



Meskipun angka-angka yang muncul kelihatannya “mengerikan”, namun dengan menerapkan strategi investasi yang tepat kiranya target angka tersebut pasti dicapai di masa mendatang.

Bagaimana caranya?

“Menabung Secara Bulanan”

Patokan pertama dan yang paling penting adalah mencari angka Rupiah yang wajib anda tabung tiap bulannya (semisal diambil dari gaji bulanan). Konsep menabung yang dimaksudkan adalah menabung di bank dengan asumsi mendapatkan bunga/imbalan sebesar 0%.

Kenapa kok menggunakan asumsi bunga 0%? Jumlah atau angka tabungan 0% inilah yang menjadi high call dari konsep menyiapkan dana pendidikan untuk anak ini.

Bila kita telah memasukkan angka untuk bunga bank atau yield obligasi atau return dari investasi lainnya, maka jumlah tabungan bulanan tersebut akan menurun. Semakin besar bunga atau return dari investasi, akan semakin sedikit jumlah uang yang harus kita tabung secara bulanan.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa untuk mencapai jumlah dana untuk uang masuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi secara sekaligus, selama 3 tahun pertama cukup menabung sebesar Rp2.397.880 tiap bulannya. Setelah itu, dari tahun ke-empat hingga ke-enam cukup menabung sebesar Rp 2.013.880 per bulan. Selanjutnya sebesar Rp 1.433.272 per bulan hingga tahun ke-sembilan.

“Investasi Sekaligus”

Menabung secara bulanan memang memerlukan disiplin yang cukup tinggi. Nah bagaimana kalau anda merasa tidak bisa atau belum bisa disiplin menabung secara teratur tiap bulan?

Ada dua cara untuk mengatasi hal tersebut, pertama dengan memerintahkan bank anda untuk melakukan auto-debet dari rekening gaji ke rekening khusus tabungan pendidikan anak.
Yang kedua adalah dengan melakukan investasi sekaligus.

Apa itu?

Konsep investasi sekaligus adalah menghitung jumlah dana yang harus disisihkan saat ini untuk mencapai target jumlah dana tertentu di masa mendatang (annually compounded). Dalam hal ini ada asumsi tingkat bunga atau return dari investasi atas kegiatan ini. Untuk jangka 3, 6 dan 9 tahun, saya menggunakan asumsi tingkat pengembalian investasi masing-masing sebesar 7%, 10% dan 15%.

Berdasarkan perhitungan, untuk menutup biaya masuk SMP sebesar Rp 13,8 juta, dapat dicapai dengan menginvestasikan dana sebesar Rp 11,3 juta selama 3 tahun pada instrumen tabungan/deposito atau investasi lainnya yang dapat memberikan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 7% per tahun.

Untuk biaya masuk SMA sebesar Rp 41,8 juta, dapat dicapai dengan menginvestasikan dana sebesar Rp 23,6 juta selama 6 tahun pada instrumen investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 10% per tahun.

Selanjutnya untuk biaya masuk Perguruan Tinggi sebesar Rp 154,8 juta, dapat dicapai dengan menginvestasikan dana sebesar Rp 44 juta selama 9 tahun pada instrumen investasi yang dapat memberikan tingkat pengembalian rata-rata sebesar 15% per tahun.

Dengan menggunakan cara ini, pada awalnya anda harus menyisihkan total dana sejumlah Rp 78,9 juta.

“Investasi Bulanan”

Cara lain yang lebih efisien adalah melakukan investasi secara bulanan pada instrumen investasi yang mampu menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal sesuai dengan periode investasi.

Semisal tingkat pengembalian investasi tersebut adalah 7% untuk periode 3 tahun, 10% untuk periode 6 tahun dan 15% untuk 9 tahun. Dari perhitungan diketahui bahwa untuk mencapai jumlah dana untuk uang masuk SMP cukup berinvestasi bulanan sebesar Rp 344.197 selama 3 tahun pada investasi dengan tingkat pengembalian 7% per tahun.

Untuk uang masuk SMA, perlu investasi bulanan sebesar Rp 422.563 selama 6 tahun pada investasi dengan tingkat pengembalian 10% per tahun.

Untuk uang masuk Perguruan Tinggi, perlu investasi bulanan sebesar Rp 676.403 selama 9 tahun pada investasi dengan tingkat pengembalian 15% per tahun.

Pada prakteknya, jumlah investasi bulanan yang relatif kecil tersebut agak sulit untuk mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup optimal. Perlu strategi investasi yang tepat untuk melaksanakan cara investasi bulanan ini.

Hal ini akan saya bahas dalam postingan terpisah.

Melindungi Rencana Anda Dari Risiko

Hidup penuh dengan risiko, entah itu risiko sakit, kecelakaan, kematian, dan sebagainya. Risiko-risiko tersebut bila terjadi suatu ketika nanti akan berdampak pada terganggunya atau bahkan terhentinya tabungan/investasi bulanan anda untuk menyiapkan dana pendidikan putra-putri anda tercinta. Bagaimana sebaiknya kita mengantisipasi hal tersebut?

Salah satu cara adalah dengan membeli asuransi. Saya bukan ahli asuransi… yang banyak saya dengar adalah lebih baik membeli asuransi murni atau sering disebut term-life. Bukan asuransi yang dicampur aduk dengan investasi (link-link).

Asuransi murni dapat dianalogikan seperti asuransi mobil. Bila memang dalam periode asuransi, tidak terjadi kematian atau kecelakaan, maka asuransi tersebut akan hangus.

Kenapa asuransi jenis ini yang dibahas?

Jenis asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi adalah sangat beragam. Jenis asuransi term-life merupakan jenis asuransi dasar, tanpa dilakukan penambahan ini-itu yang ujung-ujungnya akan menambah premi yang harus dibayar.

Term-life insurance bisa dikatakan asuransi termurah dengan tujuan yang paling jelas. Jika anda tertarik membeli term-life insurance, ada baiknya dilakukan pembandingan biaya preminya dari beberapa perusahaan asuransi dan dari beberapa skala produk asuransi yg berbeda, sehingga anda mendapatkan gambaran biaya premi yang lebih jelas.

Berapa Uang Pertanggungannya?

Berikut tabel perhitungan UP untuk tiap tahun sesuai tahapan sekolah anak.

Pada tahun pertama hingga tahun ketiga, jika terjadi sesuatu hal maka UP asuransi sebesar Rp 287,7 juta dapat didepositokan pada tingkat bunga 10% per tahun sehingga dapat untuk menutup tabungan bulanan sebesar Rp 2,4 juta (belum memperhitungkan pajak atas bunga).

Untuk periode selanjutnya, jumlah UP akan berkurang seiring menurunnya jumlah tabungan bulanan.



Tabel Tabungan Bulanan

Dalam implementasinya, diperlukan tabel tabungan bulanan dalam bentuk cashflow yang sangat bermanfaat sebagai alat kontrol target bulanan dan tahunan.

Sebagai contoh, semisal anda telah melakukan kegiatan menabung secara bulanan hingga bulan ke 6. Menurut tabel tersebut pada bulan ke enam setidaknya uang yang telah terkumpul berjumlah Rp 14.387.281,94. Jika ternyata dalam buku tabungan anda atau hasil marking-to-market saham anda berjumlah Rp 14.000.000,-, maka anda tinggal menambahkan kekurangannya sebesar Rp 387.282. Demikian seterusnya hingga tujuan keuangan anda berupa penyiapan dana pendidikan anak tercapai dengan baik.

Tahun Bulan Tabungan Pembayaran Sekolah Jumlah Tabungan
2010 1 Rp2,397,880.32 Rp2,397,880.32
2010 2 Rp2,397,880.32 Rp4,795,760.65
2010 3 Rp2,397,880.32 Rp7,193,640.97
2010 4 Rp2,397,880.32 Rp9,591,521.30
2010 5 Rp2,397,880.32 Rp11,989,401.62
2010 6 Rp2,397,880.32 Rp14,387,281.94
2010 7 Rp2,397,880.32 Rp16,785,162.27
2010 8 Rp2,397,880.32 Rp19,183,042.59
2010 9 Rp2,397,880.32 Rp21,580,922.92
2010 10 Rp2,397,880.32 Rp23,978,803.24
2010 11 Rp2,397,880.32 Rp26,376,683.56
2010 12 Rp2,397,880.32 Rp28,774,563.89
2011 13 Rp2,397,880.32 Rp31,172,444.21
2011 14 Rp2,397,880.32 Rp33,570,324.54
2011 15 Rp2,397,880.32 Rp35,968,204.86
2011 16 Rp2,397,880.32 Rp38,366,085.19
2011 17 Rp2,397,880.32 Rp40,763,965.51
2011 18 Rp2,397,880.32 Rp43,161,845.83
2011 19 Rp2,397,880.32 Rp45,559,726.16
2011 20 Rp2,397,880.32 Rp47,957,606.48
2011 21 Rp2,397,880.32 Rp50,355,486.81
2011 22 Rp2,397,880.32 Rp52,753,367.13
2011 23 Rp2,397,880.32 Rp55,151,247.45
2011 24 Rp2,397,880.32 Rp57,549,127.78
2012 25 Rp2,397,880.32 Rp59,947,008.10
2012 26 Rp2,397,880.32 Rp62,344,888.43
2012 27 Rp2,397,880.32 Rp64,742,768.75
2012 28 Rp2,397,880.32 Rp67,140,649.07
2012 29 Rp2,397,880.32 Rp69,538,529.40
2012 30 Rp2,397,880.32 Rp71,936,409.72
2012 31 Rp2,397,880.32 Rp74,334,290.05
2012 32 Rp2,397,880.32 Rp76,732,170.37
2012 33 Rp2,397,880.32 Rp79,130,050.69
2012 34 Rp2,397,880.32 Rp81,527,931.02
2012 35 Rp2,397,880.32 Rp83,925,811.34
2012 36 Rp2,397,880.32 Rp13,824,000.00 Rp72,499,691.67
2013 37 Rp2,013,880.32 Rp74,513,571.99
2013 38 Rp2,013,880.32 Rp76,527,452.31
2013 39 Rp2,013,880.32 Rp78,541,332.64
2013 40 Rp2,013,880.32 Rp80,555,212.96
2013 41 Rp2,013,880.32 Rp82,569,093.29
2013 42 Rp2,013,880.32 Rp84,582,973.61
2013 43 Rp2,013,880.32 Rp86,596,853.94
2013 44 Rp2,013,880.32 Rp88,610,734.26
2013 45 Rp2,013,880.32 Rp90,624,614.58
2013 46 Rp2,013,880.32 Rp92,638,494.91
2013 47 Rp2,013,880.32 Rp94,652,375.23
2013 48 Rp2,013,880.32 Rp96,666,255.56
2014 49 Rp2,013,880.32 Rp98,680,135.88
2014 50 Rp2,013,880.32 Rp100,694,016.20
2014 51 Rp2,013,880.32 Rp102,707,896.53
2014 52 Rp2,013,880.32 Rp104,721,776.85
2014 53 Rp2,013,880.32 Rp106,735,657.18
2014 54 Rp2,013,880.32 Rp108,749,537.50
2014 55 Rp2,013,880.32 Rp110,763,417.82
2014 56 Rp2,013,880.32 Rp112,777,298.15
2014 57 Rp2,013,880.32 Rp114,791,178.47
2014 58 Rp2,013,880.32 Rp116,805,058.80
2014 59 Rp2,013,880.32 Rp118,818,939.12
2014 60 Rp2,013,880.32 Rp120,832,819.44
2015 61 Rp2,013,880.32 Rp122,846,699.77
2015 62 Rp2,013,880.32 Rp124,860,580.09
2015 63 Rp2,013,880.32 Rp126,874,460.42
2015 64 Rp2,013,880.32 Rp128,888,340.74
2015 65 Rp2,013,880.32 Rp130,902,221.06
2015 66 Rp2,013,880.32 Rp132,916,101.39
2015 67 Rp2,013,880.32 Rp134,929,981.71
2015 68 Rp2,013,880.32 Rp136,943,862.04
2015 69 Rp2,013,880.32 Rp138,957,742.36
2015 70 Rp2,013,880.32 Rp140,971,622.69
2015 71 Rp2,013,880.32 Rp142,985,503.01
2015 72 Rp2,013,880.32 Rp41,803,776.00 Rp103,195,607.33
2016 73 Rp1,433,272.32 Rp104,628,879.66
2016 74 Rp1,433,272.32 Rp106,062,151.98
2016 75 Rp1,433,272.32 Rp107,495,424.31
2016 76 Rp1,433,272.32 Rp108,928,696.63
2016 77 Rp1,433,272.32 Rp110,361,968.95
2016 78 Rp1,433,272.32 Rp111,795,241.28
2016 79 Rp1,433,272.32 Rp113,228,513.60
2016 80 Rp1,433,272.32 Rp114,661,785.93
2016 81 Rp1,433,272.32 Rp116,095,058.25
2016 82 Rp1,433,272.32 Rp117,528,330.57
2016 83 Rp1,433,272.32 Rp118,961,602.90
2016 84 Rp1,433,272.32 Rp120,394,875.22
2017 85 Rp1,433,272.32 Rp121,828,147.55
2017 86 Rp1,433,272.32 Rp123,261,419.87
2017 87 Rp1,433,272.32 Rp124,694,692.19
2017 88 Rp1,433,272.32 Rp126,127,964.52
2017 89 Rp1,433,272.32 Rp127,561,236.84
2017 90 Rp1,433,272.32 Rp128,994,509.17
2017 91 Rp1,433,272.32 Rp130,427,781.49
2017 92 Rp1,433,272.32 Rp131,861,053.81
2017 93 Rp1,433,272.32 Rp133,294,326.14
2017 94 Rp1,433,272.32 Rp134,727,598.46
2017 95 Rp1,433,272.32 Rp136,160,870.79
2017 96 Rp1,433,272.32 Rp137,594,143.11
2018 97 Rp1,433,272.32 Rp139,027,415.44
2018 98 Rp1,433,272.32 Rp140,460,687.76
2018 99 Rp1,433,272.32 Rp141,893,960.08
2018 100 Rp1,433,272.32 Rp143,327,232.41
2018 101 Rp1,433,272.32 Rp144,760,504.73
2018 102 Rp1,433,272.32 Rp146,193,777.06
2018 103 Rp1,433,272.32 Rp147,627,049.38
2018 104 Rp1,433,272.32 Rp149,060,321.70
2018 105 Rp1,433,272.32 Rp150,493,594.03
2018 106 Rp1,433,272.32 Rp151,926,866.35
2018 107 Rp1,433,272.32 Rp153,360,138.68
2018 108 Rp1,433,272.32 Rp154,793,410.56 Rp0.44

Maaf kalau ada yang kurang tepat dan semoga dapat bermanfaat.

Jika anda tertarik mengenai hal ini namun mengalami kesulitan dalam menghitung, silahkan kontak saya melalui email keloladana(at)gmail(dot)com. Saya akan coba bantu anda.

Biayanya berapa?

Teman saya pernah mencoba konsultasi ke 2 orang konsultan/perencana keuangan yang memang sudah top.

Fee konsultansi mereka sudah cukup tinggi, mencapai Rp2-5 juta. Ya mereka memang profesional, artinya mereka mencari uang dari konsultansi perencanaan keuangan.
Bagaimana dengan saya?

Saya ingin seperti mereka, namun saya belum punya nama sih… Ya sudah dengan saya cukup dengan Fee Sukarela.

Kalau anda mau bayar saya ya syukur, kalau tidak ya nggak apa-apa..hehehe.
Meskipun gratis, hasil pekerjaan saya tidak ngasal lho. Berani diadu dengan yang profesional.

Salam.
Baca Selengkapnya......

Monday 10 August 2009

Hore... dapat uang baru Rp2.000 ( = Inflasi ?)

Pagi tadi ada sms masuk ke hp bilang “Lo mau nuker duwit baru gak?”
Wah saya langsung antusias menjawab sms teman tadi. Sekitar jam 10 siang, kami meluncur ke gedung Bank Indonesia di seputaran Thamrin/Budi Kemuliaan.
“Maaf pak, kami mau nuker duit baru dimana ya?” tanya kami ke Satpam yang jaga di gerbang masuk. “Oh mau nuker uang ya?, coba mobilnya parkir disana terus cari gedung C”, begitu penjelasannya. Walah gedungnya banyak banget ya..? Kalau nuker duit di gedung C, pasti ada gedung A, B, D, E dan sebagainya... weleh-weleh.


Setelah parkir mobil, kami langsung menuju ke sebuah gedung yang tidak jauh dari parkiran tersebut. Dari banyaknya orang-orang lalu-lalang membawa uang bergepok-gepok, kami langsung bisa menebak pasti di gedung itulah kita bisa menukar uang.
Memasuki gedung C tersebut, bau uang baru langsung menusuk hidung. Banyak orang antri secara teratur. Setelah mendaftar nomor antrian, tidak lama kemudian langsung diundang ke counter untuk penukaran.
Srat-sret, srat-sret, petugas menghitung uang 50 ribuan lusuh kami, kemudian buk-buk-buk... “Ini pak, semuanya uang Rp2000 baru. Apa mau dihitung lagi.. silahkan kalau mau dihitung akan kami tunggu...” kata petugas dengan ramah”.
Walah bagaimana saya mau menghitung uang bergepok-gepok gitu? Ahh percaya aja lah... “Tidak perlu mas... kami percaya kok, terima kasih banyak ya mas”.
Bukan mau pamer lho, tapi saya hanya sekedar mau memberitahu bahwa mulai hari ini Bank Indonesia mengedarkan uang baru pecahan Rp 2000,-.

Inilah uang baru tersebut :

Photobucket

Buat saya yang tiap hari harus membeli tiket kereta Rp8.000 atau harus bayar ojek sekitar Rp7.000, uang baru ini sangat membantu. Saya sudah geli dan jijik jika mendapat uang kembalian atau harus membayar dengan uang pecahan Rp1.000 yang kebanyakan sudah kumal. Terima kasih Bank Indonesia.

Photobucket

Dalam perjalanan kembali dari gedung Bank Indonesia yang megah tersebut, teman saya membuka pembicaraan dengan memberi peringatan bahwa uang Rp2.000 ini sebenarnya merupakan gambaran nyata bahwa hidup kita ini digerogoti oleh inflasi.
Dalam hati saya meng-iya-kan peringatan teman saya itu. “Kenapa BI menerbitkan uang baru dengan pecahan Rp2.000,-?, kenapa pecahan Rp1.000 itu saja yang diperbaharui desain dan warnanya..?” demikian pertanyaan teman saya itu.
Bener sih. Dengan uang Rp2.000 yang baru, sadar atau tidak sadar dan cepat atau lambat kita akan terbiasa dengan nominal 2000 sebagai pecahan terkecil yang mudah dibawa kemana-mana. Jadi kalau sebelumnya kita bayar “pak Ogah” di perempatan jalan cukup dengan Rp1.000, sebentar lagi kita akan dengan “rela” membayar dengan pecahan Rp2.000 itu. Krupuk akan naik dari Rp1.000 menjadi Rp1.000. Wuih...

Baca Selengkapnya......

Kutip: Potensi Untung Vs Potensi Rugi (Kompas 09-08-09)

Elvyn G Masassya adalah salah satu penulis investasi dan keuangan yang menjadi favorit saya. Tulisan beliau sangat membumi dan memang dapat dirasakan manfaatnya terutama bagi orang-orang yang mempunyai posisi portofolio investasi di saham.

Tulisan beliau yang dimuat di Kompas Minggu edisi 9 Agustus 2009 mengetengahkan salah satu konsep strategi investasi saham, yaitu averaging down. Selain itu, ada beberapa konsep lain yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut, seperti psikologis pasar dan money management.
Saya mohon ijin untuk mengutip (copy & paste) tulisan tersebut untuk bahan catatan saya dan juga bagi anda sekalian yang tertarik. Mudah2an dapat memberikan bermanfaat.


Berbahagialah Anda jika sudah sejak lama melakukan investasi di pasar modal karena hari-hari ini indeks melaju, menembus angka yang hampir tidak diperkirakan sebelumnya.

Pada akhir Juli lalu, indeks harga saham gabungan menembus 2.200. Pada awal 2009, indeks masih pada kisaran 1.300-1.400. Pada saat itu, hampir semua analis hanya berani mematok angka paling tinggi 1.800 sebagai capaian indeks akhir tahun. Saya sendiri pada awal tahun superoptimistis dan memasang angka target 2.000 untuk akhir 2009.
Banyak analis kemudian merevisi ramalannya, ada yang memasukkan angka 2.500 sebagai target baru, tetapi ada juga yang memasang angka 2.800.
Tentu angka indeks harga saham gabungan (IHSG) tidak datang dari langit. IHSG merupakan implikasi transaksi saham di pasar modal. Harga saham sendiri merupakan implikasi berbagai faktor, antara lain ekonomi makro lokal, regional, dan internasional serta sosial politik yang berpengaruh pada kondisi mikro perusahaan. Hal itu ditambah hitung-hitungan teknis, di mana harga suatu saham bisa berubah terkait fenomena yang terjadi saat itu dan fenomena sejenis bisa berulang.
Naik turunnya indeks bisa memberikan pengaruh terhadap pelaku di pasar modal. Kalau investor sudah memegang saham, kenaikan indeks sebagai cerminan kenaikan harga saham akan memberikan potensi keuntungan (potential gain).
Misalnya, awal tahun ini Anda membeli saham ”X” seharga Rp 1.000 per lembar, indeks masih 1.400-an, dan saat ini Anda masih memegang saham tersebut. Kini, ketika indeks berada di angka 2.200, harga saham ”X” sudah berubah menjadi, katakanlah, Rp 1.500. Berarti Anda berpotensi untung 50 persen hanya dalam 6 bulan. Kalau saham ”X” tersebut Anda jual sekarang dan Anda memiliki 1 juta lembar, keuntungan Anda mencapai Rp 500 juta. Sangat luar biasa.
Hal sebaliknya bisa terjadi jika harga saham Anda merosot. Ini sudah terjadi tahun silam. Pada awal tahun indeks berada pada angka 2.800, merosot hingga sekitar 1.300 pada akhir tahun. Bisa jadi saham ”X” yang Anda beli seharga Rp 2.000 per lembar dan pada akhir tahun 2008 harganya Rp 1.000, berarti Anda berada dalam posisi potensi merugi (potential loss) Rp 1.000. Kalau Anda memiliki 500.000 lembar, berarti potensi kerugian Anda Rp 500 juta.
Dalam praktiknya, keuntungan potensial bisa membesar dan juga kerugian potensial bisa tidak terealisasi bila Anda yakin saham Anda suatu ketika akan naik harganya. Itulah yang belakangan ini banyak terjadi pada investor. Ketika tahun silam mengalami potensi kerugian besar, ia tidak serta-merta menjual semua saham (cut loss) karena yakin saham yang dia pegang akan kembali meningkat harganya.
Membalik posisi
Lalu, bagaimana membalik potensi merugi menjadi potensi untung? Tentu saja ada banyak hal yang mesti dianalisis, tetapi yang paling utama, saham yang Anda pegang memiliki nilai fundamental bagus. Artinya, kalaupun harganya turun, itu lebih disebabkan faktor psikologis pasar, bukan karena fundamental yang jelek. Itu bisa diukur dari berbagai rasio saham tersebut. Misalnya, price earning ratio, yang membandingkan antara harga dan laba perusahaan lalu dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Artinya, bisa saja harga saham tersebut sebenarnya ”terlalu murah”. Jika itu yang terjadi, tidak perlu khawatir karena suatu ketika harganya pasti naik kembali.
Anda juga mesti melihat kapitalisasi pasar saham tersebut. Saham yang kapitalisasinya besar tentu tidak mudah ”digoreng”, jadi harganya akan bergerak seiring dengan perkembangan ekonomi makro, mikro perusahaan, dan ekspektasi pasar.
Apakah cara itu sudah cukup? Akan jauh lebih baik jika terhadap saham yang dalam posisi potensial merugi tetapi memiliki nilai fundamental bagus dilakukan lagi pembelian (disebut averaging down).
Artinya, bila Anda memiliki saham ”X” dengan harga beli Rp 2.000 sebanyak 100 lembar, lalu
harganya turun menjadi Rp 1.000, Anda tidak perlu menjualnya. Beli lagi saham ”X” seharga Rp 1.000 sebanyak 100 lembar juga sehingga Anda memiliki 200 lembar saham ”X” yang jika dirata-ratakan harganya Rp 1.500 per lembar. Memang Anda masih berpotensi merugi, tetapi untuk mengalami pembalikan harga menuju Rp 1.500 tentu lebih cepat daripada menunggu harga kembali ke Rp 2.000. Seandainya harga kembali ke Rp 2.000, malah Anda sudah mengantongi potensi keuntungan Rp 500 per lembar.
Tentu saja strategi di atas hanya bisa Anda lakukan jika investasi Anda di pasar modal bersifat jangka menengah-panjang. Artinya, Anda ”bermain” saham tidak menggunakan dana untuk belanja rumah tangga.
Jika dana yang Anda pakai berinvestasi berasal dari dana sehari-hari, Anda sebenarnya melakukan perdagangan saham karena saham yang Anda beli tidak dimaksudkan untuk dipegang dalam kurun waktu lama. Maka, yang bisa Anda pertimbangkan adalah memasang batas berapa potensi kerugian atau potensi keuntungan yang bisa ”dipelihara”.
Bila 10 persen, maka jika harga saham Anda telah naik 10 persen, dalam sehari atau seminggu, segera jual. Anda tidak boleh serakah berharap harga terus meningkat sebab bisa juga terjadi sebaliknya. Demikian juga ketika dalam posisi potensial merugi. Kalau nilainya sudah 10 persen di bawah harga beli, juga dilepas dan hasil penjualannya masuk lagi ke saham lain.
Yang penting, dalam kurun waktu satu bulan atau enam bulan, sesuai dengan target Anda, secara konsolidasi seluruh transaksi bisa menghasilkan keuntungan 10 persen. Selamat mencoba.
Baca Selengkapnya......

Saturday 8 August 2009

Rahasia Menjadi Kaya Investasi Obligasi Negara Ritel (ORI)

Hari masih pagi ketika telepon berdering. “Pagi pak…” suara teman itu menyapa dengan agak terburu-buru. “Begini pak.. saya mau nanya dikit ke bapak nih… sorry ya pak pagi-pagi udah mengganggu…”. “Ya silahkan pak...” timpal saya. “Begini pak, saya dari kemarin-kemarin pingin banget mau nyoba belajar berinvestasi di obligasi pemerintah ORI006 itu pak, tapi terus terang saya bingung karena banyak teman saya yang berkomentar negatif tentang ORI tersebut. "Apakah bapak bisa bantu memberi pencerahan mengenai ORI ini…?” Demikian permintaan teman saya itu.
“Memang teman bapak ngomong apa tentang ORI?” balik saya tanya. Dia jawab “Ya macam-macam pak, ada yang bilang ORI itu bunganya tidak menarik, tidak bisa dijual kembali dan sebagainya”.

Semenjak Pemerintah mengumumkan akan menjual ORI seri ke enam ini, banyak teman kantor dan client menelepon saya untuk meminta pencerahan mengenai ORI.
Pengalaman diskusi pencerahan tersebut ingin saya sharing-kan disini supaya bisa bermanfaat bagi anda semua yang siapa tahu juga membutuhkan pencerahan mengenai ORI dan bagaimana kita memanfaatkan ORI dalam perencanaan keuangan keluarga.

Sebenarnya apakah ORI itu? ORI adalah surat hutang Pemerintah Indonesia (dengan landasan hukum UU No.24 Tahun 2002) yang dijual kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk membantu keuangan APBN 2009 serta untuk mengembangkan pasar Surat Utang Negara melalui diversifikasi sumber pembiayaan dan perluasan basis investor (sumber: keterangan pers Departemen Keuangan). Jadi dengan anda membeli ORI, sebenarnya anda memberikan pinjaman kepada Pemerintah. Atas pinjaman tersebut, Pemerintah akan memberikan balas jasa berupa kupon obligasi atau bisa disebut bunga dengan besaran tertentu secara tetap hingga jatuh tempo. Untuk ORI 006, kupon dibayarkan setiap bulan selama masa efektif ORI 006.

Istilah Ritel memang ditujukan supaya investor ORI ini dapat berasal dari masyarakat luas. ORI bisa dibeli dengan jumlah minimal Rp 5 juta, jauh lebih kecil dibandingkan dengan minimal jumlah pembelian SUN yaitu sekitar Rp 1 milyar. Kupon atau bunga ORI bersifat tetap sampai jatuh tempo. Mengenai informasi lainnya anda bisa lihat di keterangan pers Departemen Keuangan.

ORI 006 memberikan kupon 9,35% per tahun. Pajak atas penghasilan bunga obligasi ini sebesar 15%. Sementara pajak atas penghasilan bunga deposito sebesar 20%.
Mengapa banyak orang mengeluh bunga ORI 006 ini kurang menarik?
Kebanyakan orang menginginkan kuponnya harusnya sekitar 10% atau lebih besar lagi.
Dari sudut pandang saya, kebanyakan orang melakukan pembandingan kupon ORI dengan sesuatu yang tidak sebanding.
Semisal ada pihak yang membandingkan kupon ORI ini dengan bunga deposito bank BPR atau bank kecil lain yang mampu memberikan bunga deposito jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bunga penjaminan LPS. Ada juga pihak yang membandingkan kupon ORI ini dengan tingkat pengembalian reksadana pendapatan tetap atau bahkan reksadana saham.
Semua pembandingan itu jelas tidak tepat dari sisi basis risiko.
Salah satu logika dasar investasi adalah high risk = high return. Jika sebuah investasi mengandung risiko besar seharusnya diikuti dengan potensi keuntungan yang besar pula. Deposito di BPR memiliki potensi risiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan investasi di ORI, otomatis bunga BPR juga akan lebih besar dibandingkan dengan kupon ORI yang diterbitkan oleh pemerintah. Begitu juga reksadana saham memiliki potensi risiko lebih tinggi dibandingkan dengan ORI.

Dalam memutuskan besaran kupon ORI 006 sebesar 9,35%, menurut saya Pemerintah sudah sangat bijaksana, yaitu tidak jauh berbeda dengan Yield To Maturity Surat Utang Negara (SUN) dengan jangka waktu 3 tahun, yang saat artikel ini ditulis yield kurang lebih sebesar 8,48%. Jadi kalau anda membeli ORI 006 di harga Par (100%) nanti, maka anda mendapatkan yield sebesar 9,35% (sebelum pajak), lebih tinggi 0,87% atau 87 basis point dari SUN 3 tahun.
Yield ORI 006 mendekati Yield SUN dengan jangka waktu 6-7 tahun, jadi sebenarnya Yield ORI 006 sangat menarik dibandingkan dengan latar belakang penjelasan dan pembandingan yang saya sampaikan tersebut. Saya perkirakan bahwa pada saat ORI 006 ini masuk ke pasar sekunder, maka harganya akan naik di atas par (100%). harga perkiraan di Bloomberg sudah menunjukkan hal ini, yaitu sekitar 100,126% (lihat tabel harga ORI di tabel pertama di atas). Jadi buat anda sebagai investor ORI 006 yang masuk di pasar primer sudah pasti akan untung dari sisi kenaikkan harga ORI 006. Mantab tenan.

Salah satu client menanyakan bagaimana prospek perkembangan harga ORI mendatang?
Pertanyaan yang bagus…. Dan sekaligus butuh jawaban yang panjang …..hehehehe..
Untuk menjawab secara singkat atas pertanyaan mengenai prospek perkembangan harga ORI, kita harus mengetahui prediksi perkembangan tingkat bunga di masa yang akan datang. Jika tingkat bunga cenderung menurun, maka harga ORI akan naik. Dan sebaliknya, jika bunga akan naik, maka harga ORI akan turun. Saya akan coba bikin tulisan terpisah mengenai hal tersebut.

Yang sangat menarik adalah pertanyaan dari salah satu client yang menanyakan apa benar kita akan mendapatkan Yield sebesar 9,35% jika membeli ORI006 saat ini. Saya jawab Yield sebesar 9,35% tersebut merupakan promised yield, atau yield yang didapat investor jika memenuhi asumsi-asumsi tertentu, salah satunya ORI dipegang sampai dengan jatuh tempo. Sudah pasti investor akan mendapatkan Yield kurang dari 9,35% karena adanya faktor pajak sebesar 15% dan yang paling penting adalah Faktor X. Apa itu Faktor X? apakah ada hubungan dengan X-files? Hehehehe enggak lah… yang jelas X ini ilmiah banget kok. Bisa dibuktikan secara logika biasa atau menggunakan matematika keuangan yang lebih rumit.

Kebanyakan investor tidak tahu apa Faktor X ini dan bagaimana menjadikan faktor X ini menjadi faktor yang justru dapat menaikkan Yield menjadi lebih tinggi dari 9,35%.
Maaf, di tulisan ini saya tidak dapat menjelaskan faktor X tersebut dan bagaimana strategi memainkan faktor X supaya bisa menaikkan Yield investasi anda. Kenapa? Saya kawatir Faktor X ini bisa dibajak oleh para free-rider dunia gelap internet…. Hehehehe.. maaf ya.

Jika anda benar2 serius berinvestasi di ORI untuk masa depan keluarga anda dan ingin mengetahui bagaimana strategi suksesnya….. saya siap membantu anda dengan konsultasi melalui telepon atau e-mail. Saya juga akan memberitahu anda bagaimana memanfaatkan ORI ini menjadi investasi yang sama dengan Reksadana Terproteksi yang banyak dijual oleh Manajer Investasi Top seperti Danareksa, Schroder, Manulife dan sebagainya. Jadi anda akan mengetahui rahasia bagaimana para Manajer Investasi terkenal tsb membuat Reksadana Terproteksi yang dapat anda praktekkan sendiri.

Berapa biayanya? Tergantung dari seberapa besar nilai tambah atau manfaat konsultasi saya terhadap pengetahuan dan portofolio investasi anda dan keluarga. Kepuasan anda yang saya utamakan. Kalau konsultasi saya tidak akan berguna ya gak usah bayar ….hehehe…. Enak to?.. mantab to.? Yang jelas, biaya konsultasi tersebut akan terbayar sendirinya dengan hasil investasi anda yang lebih menguntungkan setelah mengetahui Faktor X tersebut.

Silahkan kirim permintaan konsultasi serta pertanyaan anda melalui email ke keloladana at gmail dot com
Salam investasi


Baca Selengkapnya......
Related Posts with Thumbnails